Sabtu, 26 Februari 2011

Mengenang 1 dasawarsa HAK Anshorie meninggal

HAJI ABDUL KAHAR ANSHORI

Hampir satu dasawarsa kebersamaan kita tanpa mbah Kakung. Selama itu pula, alhamdulillah, kita teruji untuk tetap kompak meski tiada lagi magnet yang membuat kita selalu erat bersatu. Sebagai obat kangen saya coba kilas balik untuk mengenang Mbah Kakung sekaligus untuk lebih mengenal beliau, khususnya cucu-cucu.

Mbah Kakung punya nama lengkap Haji Abdul Kahar Anshori (HAKA) di Argasoka, Banjarnegara, Tahun1927 dari pasangan Chambari, Alm dan Sutirah, Almh. Sejak kecil Mbah Kakung sudah ditinggal ayahandanya yang meninggal saat menunaikan ibadah haji di Tanah Suci dan menjadikan HAKA menjadi anak tunggal atau satu-satunya.

Sekolah HAKA

Mbah Buyut Putri (Sutirah) menyekolahkan HAKA kecil di sekolah Angka Loro (SD, sekarang) namun hanya sampai kelas V. Bukan karena tidak ada biaya tapi karena sekolahnya bubar tahun 1939. Untuk memberikan bekal agama yang kuat, HAKA kecil merangkap sekolah sore di Madrasah Ibtidaiyah. Setelah itu HAKA melanjutkan sekolahnya ke AIS (Arabische Inlandsche School) atau Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Banjarnegara Tahun 1945. Hanya itulah sekolah formal yang bisa dinikmati HAKA Kecil. Namun beliau sangat gemar membaca dan belajar sendiri (otodidak).

Pekerjaan HAKA

Mbah Kakung sebenarnya seorang pendidik. Beliau pernah mengajar, antara lain, sekolah tsanawiyah di Bobotsari, Purbalingga. Tahun 1948 memulai mejadi Pegawai Negeri Sipil sampai dengan tahun 1984. Terakhir Mbah Kakung menjabat sebagai Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Banyumas di Purwokerto.

Mbah Kakung, meskipun PNS beliau sangat aktif di kegiatan masyarakat, Muhammadiyah, maupun organisasi politik Islam. Pengalaman bergerak di masyarakat akar rumput itulah membawa Mbah Kakung menjadi Anggota DPRDS, DPRDP, DPRD dan DPDP serta anggota BPH (Badan Pemerintah Harian Dati II Banyumas). 4 tahun di bidang legislatif dan 7 tahun di bidang eksekutif dengan pengalaman pemerintahan di Bidang Umum, perundang-undangan, keuangan dan pembangunan. Itu semua dijalaninya dari tahun 1953 s.d 1965:

Keluarga HAKA

HAKA mulai berkeluarga pada tahun 1953, yakni sejak menikahi muslimah yang cantik, taat dan aktif bernama Siti Muniroh (SM) pada hari Rabu, 15 Juli 1953 atau 4 Dzulqo’dah 1372; Pkl. 12.00 WIB di Purwokerto bersamaan dengan pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah di Purwokerto pula. Sebenarnya antara HAKA dengan Siti Muniroh adalah bersaudara. Siti Muniroh putri dari pasangan Kyai Abdul Khaliq-Sofuroh yang nota bene Mbah Abdul Khalik adalah kakak kandung dari Mbah Sutiroh, ibunda dari HAKA. Jadi antara Mbah Kakung HAKA dan Mbah Uti SM itu sepupuan. Mbah Uti SM wafat lebih dulu dari Mbah Kakung pada tanggal 6 Maret 1998 – 8 Dzulqo’dah 1418, di Purwokerto.

Pasangan HAKA dan SM dikarunia 9 (sembilan) anak, terdiri dari 6 putri dan 3 putra. Kesembilan anak itu adalah:

  1. Mu’minatun Sholihah, BA (16-02-55);
  2. Dra. Yuniati Aisyah, almh 1994 (01-06-56);
  3. Dra. Nur Hadijati (02-06-57);
  4. Drs. Muhammad Noor Hidayat (15-12-58);
  5. Aniqoh Wardati, S.H. (16-11-61);
  6. Dra. Rustiati Faidah (27-10-62);
  7. Yunan Hilmy, S.H.,MH. (15-12-63);
  8. Yuniatun Arfati, SE (24-06-65); dan
  9. Muhammad Fachry Zuhad, SE (29-10-67).

Sedangkan cucu, sampai saat ini sebanyak 11 (sebelas), yaitu: (berdasarkan kronologis tanggal lahir):

  1. Muhammad Zaki Mubarak (20-12-84)
  2. Muhammad Fachry Ardianto (03-03-89)
  3. Arina Ichsan (01-04-89)
  4. Rabbani Aulia (27-11-89)
  5. Muhammad Ibadurrohman (11-01-90)
  6. Hafni Hilda Nafeesa (27-11-91)
  7. Aini Zahra (25-04-93)
  8. Zumar Hasani (12-06-93)
  9. Nakhar Nur Aisyah (10-05-95)
  10. Nuraini Hamada (02-04-96)
  11. Zidna Ilma Nafi’a (14-08-2001)

Organisasi & Perjuangan HAKA

Mbah Kakung sangat aktif berorganisasi. Tidak hanya itu, beliau adalah seorang dai yang selalu menyebarkan dan mendakwahkan Islam khususnya melalui Muhammadiyah. Bahkan meskipun Mbah Kakung hanya tamat tsanawiyah atau SMP, sebagai pendidik beliau sangat konsern engembangkan pendidikan dari TK sampai dengan perguruan tinggi. Berikut ini pengalaman Mbah Kakung HAKA di bidang organisasi:

  1. Sekretaris Gerakan Pemuda Islam Cabang Kabupaten Banyumas
  2. Sekretaris PPI Masyumi Cabang Kabupaten Banyumas
  3. Ketua Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI) Cabang Kabupaten Banyumas
  4. Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Banyumas
  5. Anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah
  6. Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah
  7. Ketua Badan Pembina Universitas Muhammadiyah Purwokerto
  8. Anggota ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslimin se-Indonesia)
  9. Pengurus Yayasan Rumah Sakit Islam Purwokerto
  10. Ketua DPD PAN Kabupaten Banyumas
  11. Ketua MPP DPD PAN Wilayah Jawa Tengah

Sedangkan pengalaman sebagai pejuangan adalah:

  1. Barisan Kelaskaran HIZBULLAH (15 April 1946 s.d 30 Juli 1947).
  2. Dilebur menjadi TNI 1-148: 30 Juli 1948
  3. Dengan SK Menteri Veteran No. 07/C/KEPTS/MUV/1968 Tanggal 1 Juli 1968 diakui dan disahkan menjadi Veteran Pejuang Kemerdekaan RI.

Aktivitas Politik HAKA

  1. PPI Masyumi Cabang Kabupaten Banyumas
  2. Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI) Cabang Kabupaten Banyumas
  3. Anggota DPRD Sementara dan DPRD Peralihan (1956)
  4. DPD Partai Amanat Nasional Kabupaten Banyumas (s.d 2001)
  5. Majelis Pertimbangan Partai (MPP) DPD PAN Jawa Tengah
  6. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Banyumas (1999-2001)

Pulang Ke Rahmatullah

Mbah Kakung dikenal seorang pekerja keras yang sederhana, jujur dan ikhlas dalam berjuang. Seluruh umurnya dihabiskan untuk bekerja dan berjuang tanpa kenal lelah. Suatu saat ketika mengeluh sakit Mbah Kakung periksa ke dokter dan ternyata diketahui menderita Kanker Usus , sejak 1996 dan dioperasi colostomy:

  1. Pertama, 29 Nopember 1996 di RSU Margono Sukaryo Purwokerto
  2. Kedua, 11 April 2000 di RSU Banyumas
  3. Ketiga, 5 Pebruari 2001, di RS Bethesda Yogyakarta

Pada akhirnya setelah berjuang melawan sakitnya, Mbah Kakung pada Ahad, 28 Muharram 1422 bertepatan dengan 22 April 2001 wafat di kediaman Jalan Brobahan PR 33 Purwokerto kira-kira jam enam pagi ditengah-tengah semua putra-putrinya yang menunggunya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un

Itulah ringkas riwayat hidup Almarhum Haji Abdul Kahar Anshori. Bapak dan Mbah Kakung kita. Semoga kita selalu tiada pernah lupa mendoakannya dan meneladani semua tauladan baiknya.

|Yunan Hilmy Anshary | Banjarmasin, 26 Pebruari 2011|

Tidak ada komentar: